Ponorogo – Tadris/Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan program studi yang berkosentrasi untuk menyiapkan tenaga pendidik IPA yang profesional, berintegritas tinggi dan berkepribadian utuh. Pelaksanaan kegiatan akademik dibina oleh dosen-dosen profesional dan kompeten di bidang kependidikan maupun keilmuan rumpun IPA. Dosen yang dimiliki berkualifikasi S3 dan S2 dari kampus lulusan dalam dan luar negeri bereputasi, sehingga dapat memberikan penguatan internal dan eksternal kelembagaan dalam bidang Tri Dharma perguruan tinggi (Dikjar, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat). Kekuatan internal kelembagaan ini diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan pembelajaran IPA yang komunikatif dan humanis, pengabdian masyarakat berbasis aset dan partisipatif, penelitian yang berorientasi trend isu kekinian, serta infrastruktur yang memadahi menjadikan program studi Tadris IPA siap menyongsong era revolusi industri 4.0. Kerjasama dengan berbagai pihak dengan membangun komunitas melalui collaborative networking berprinsip kebermanfaatan menjadikan kekuatan ekternal kelembagaan di program studi Tadris IPA. Dalam sistem pembelajarannya, program studi Tadris IPA mengembangkan kompetensi mahasiswa dengan perkuliahan yang terintegrasi, suasana belajar yang komunikatif berwawasan lingkungan, menggunakan pendekatan ilmiah, serta memadukan wawasan keislaman. Hal tersebut menjadikan lulusan Tadris IPA IAIN Ponorogo memiliki kekhasan, yaitu menjadi guru yang memiliki kemampuan IPA terintegrasi, berwawasan lingkungan, berkarakter ilmiah dan berintegritas spiritual.

Mengapa Memilih Program Studi Tadris IPA IAIN Ponorogo?

  1. Merupakan satu-satunya perguruan tinggi berstatus negeri yang mencetak calon guru, khususnya guru IPA di wilayah Jawa Timur bagian barat, dengan aksebilitas lokasi yang mudah dijangkau, bernuansa religius dengan banyaknya pondok pesantren salaf maupun modern di sekitar kampus, budaya lokal yang arif, biaya hidup dan pendidikan murah, serta lingkungan kampus yang asri dan humanis.
  2. Adanya Permen PAN-RB No 36 tahun 2018 yang menjelaskan tentang kesesuaian (linieritas) kualifikasi program pendidikan dengan bidang pekerjaan memberikan kepastian hukum bahwa guru IPA di SMP diharuskan diajar oleh lulusan tadris/pendidikan IPA, bukan dari program studi non tadris/pendidikan IPA.
  3. Masih belum banyak lulusan Program studi Tadris/Pendidikan yang spesifik bidang IPA Terintegrasi di Indonesia (Info: Sarjana Pendidikan IPA/Sains pertama di Indonesia adalah di tahun 2010), sedangkan kebutuhan guru IPA SMP/MTs semakin besar dikarenakan hal berikut; 1) semakin banyaknya jumlah SMP/MTs di Indonesia yaitu 57.624 sekolah (sumber: referensi.data.kemdikbud.go.id tahun 2018) dengan rasio rata-rata sebanyak 2 guru IPA per sekolah; 2) perubahan jam pelajaran IPA dari 4 jam/minggu menjadi 5 jam/minggu pada implementasi kurikulum 2013 sesuai dengan Permendikbud No 24 Tahun 2016.Berdasarkan hal tersebut, maka peluang menjadi guru IPA dengan kualifikasi sarjana tadris/pendidikan IPA sangatlah besar.
  4. Pendekatan pembelajaran menggunakan kurikulum IPA yang terintegrasi, sehingga lulusan tadris IPA IAIN Ponorogo dapat dengan mudah menyesuaikan pola pembelajaran IPA tematik sesuai amanat kurikulum 2013 di SMP/MTs.
  5. Di samping mempelajari ilmu pendidikan dan eksakta, mahasiswa juga dibekali dengan wawasan Islam yang menjadi ciri khas lulusan tadris IPA IAIN Ponorogo dibandingkan dengan lulusan perguruan tinggi lainnya, seperti adanya 20% matakuliah ke-Islaman, bimbingan ibadah kemasyarakatan, serta kajian integrasi Islam dan Sains untuk menyiapkan guru IPA yang Berkarakter dan Religius.
  6. Mengakomodasi potensi mahasiswa dengan memberikan kebebasan memilih konsentrasi di bidang fisika, biologi atau kimia selain kompetensi utama IPA. Selain itu mahasiswa juga difasilitasi dalam mengembangkan bakat dan minat melalui organisasi kemahasiswaan (Ormawa) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
  7. Dukungan sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai, baik sarana ruang perkuliahan, referensi, laboratorium, ruang microteaching, dan teknologi informasi komunikasi (TIK).
  8. Memiliki peluang besar untuk mengembangkan diri dengan melanjutkan pendidikan lebih tinggi seperti Pendidikan Profesi Guru (memperoleh sertifikat pendidik dan gelar tambahan “gr”), program S2 (gelar magister), dan program S2 lanjut S3 (gelar doktor) dari perguruan tinggi dalam dan luar negeri bereputasi.

*) Dr. Wirawan Fadly, M.Pd. (Ketua Program Studi Tadris IPA)