MERDEKA BELAJAR KAMPUS MERDEKA (MBKM): REKONSTRUKSI KURIKULUM TADRIS IPA MENGHADAPI MERDEKA BELAJAR

Tadris IPA IAIN Ponorogo – Rabu, 14 Oktober 2020 Ketua Jurusan Tadris IPA IAIN Ponorogo Dr. Wirawan Fadly, M.Pd memenuhi undangan sebagai narasumber dalam acara seminar dan Focus Group Discussion (FGD)  yang diadakan oleh IAIN Salatiga bersama dengan 2 narasymber lainnya, yaitu Dr. Budiyono Saputro, M.Pd dan Dr. Sarwanto, S.Pd., M.Si. Acara tersebut berlangsung secara online melalui aplikasi Zoom Meeting mulai pukul 09.00 – 12.00 WIB (seminar online) dan 13.00 – 14.00 WIB (FGD).

Pada saat kegaiatn seminar tersebut Bapak Wirawan menyampaikan materi terkait dengan Rekonstruksi Kurikulum Tadris IPA Menghadapi Merdeka Belajar yang mana masih berkaitan erat dengan salah satu program Kurikulum Merdeka, yaitu Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Materi seminar yang disampaikan oleh beliau diawali dengan isu-isu pendidikan yang ada di Indonesia. Isu-isu tersebut di antaranya adalah perudungan, pola pikir untuk berkembang, kualitas pendidikan dan kemampuan berinovasi di Indonesia.Dlam menghadapi isu-isu yang beredar tersebut beliau menyampaikan bahwa permerintah memberikan respon dengan hadirnya Kurikulum Merdeka.

Selain itu, beliau juga menjelaskan terkait transformasi belajar dan pendidikan khususnya IPA. Menurut beliau transformasi belajar yang ada di Indonesia dimulai dari edukasi 1.0 (pembelajaran berpusat pada guru), edukasi 2.0 (tukar pikiran dengan siswa serta interaksi lebih luas), edukasi 3.0 (kolaborasi dan saling mencari tahu, tenaga profesional, ahli di bidangnya, bakat kedepan), edukasi4.0 (fleksibilitas dan kreativitas, lintas bidang secara jarak jauh). Sedangkan untuk transformasi pendidikan IPA diawali dengan IPA sebai investasi, IPA sebagai inovasi, post normal serta new post normal atau IPA kebangsaan. Beliau juga membandingkan pembelajaran yang terjadi zaman dahulu dengan zaman sekarang. Pada zaman dahulu belajar dijadikan hanya sebagai kewajiban, guru sebagai pengajar, pedagogis berbasis konten, pendekatan yang diberikan satu ukuran untuk semuanya dan pembelajaran harus berlangsung tatap muka. Sedangkan zaman sekarang ini belajar adalah sesuatu hal yang sangat menyenangkan, guru berperan hanya sebagai fasilitator, pedagogi berbasis atas nilai-nilai dan kompetensi, pendekatan ditekankan atas kebutuhan individu serta berorientasi pada siswa dan pembelajaran memanfaatkan kemajuan teknologi atau tidak harus dilaksanakan secara tatap muka.

Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut terjadi atas beberapa hal. Menurut Bapak Wirawan kondisi global dan perubahan paradigma memberikan peranan yang penting. Kondisi global saat inimengakibatkan terjadinya perubahan kompetensi lulusan yang harus dipenuhi. Disisilain bersamaan dengan adanya perubahan paradigma mempengaruhi kurikulum pendidikan di suatu negara dan dari sinilah akan menimbulkan adanya perubahan perilaku pembelajaran serta peningkatan akan kualitas lulusan yang ada di suatu negara. Menyikapi perubahan yang sedemikian rupa tindakan yang perlu diberikan adalah dengan memperbaiki tatanan kurikulum yang ada di Indonesia. Hingga kemudian lahirlah Kurikulum Merdeka.

Pada konsep Kurikulum Merdeka lulusan harus menguasai yang namanya Profil Pelajar Pancasila agar dapat menjadi individu yang mampu bersaing secara global dengan mengedepankan kompetensi serta nilai-nilai Pancasila. Kemudian proses pembelajaran yang ada dalam Kurikulum Merdeka berupa otonomi serta mandiri bebas atau dengan kata lain dalam hal pengelolaan pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan serta tanggungjawab atas konsekuensi dari pilihannya. Kurikulum ini menekankan pembelajaran dengan orientasi pada kecakapan hidup pada abad 21 dengan harapan dapat memiliki kecakapan yang cukup dalam menghadapi tantangan pada abad 21 ini. Selain itu, kurikulum ini memiliki arah yang link and match atau pengalaman lapangan dunia pekerjaan.

Diakhir materinya beliau menerangkan seputar strategi pendidikan IPA yang memerdekakan siswa dalam belajar. Ada tujuh hal atau poin penting terkait strategi tersebut, yaitu belajar tanpa batas ruang dan waktu (hybrid atau bauran), menguasi kompetensi esensial atau penting (literasi dan berhitung), berfokus pada masalah konseptual (integrative and contextual), membangun hubungan yang bai kantar peserta didik (kolaborasi dalam pembelajaran), memberikan perhatian atas kebutuhan fisik dan psikologis siswa, self-determination (meyakinkan siswa bahwa mereka memiliki peranan yang penting dalam kegiatan pembelajaran) dan bertanggung jawab atas pembelajaran. Tentunya hal tersebut perlu sekali untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga guru dan siswa dapat memerankan peranannya secara maksimal dalam pembelajaran.

Penulis: Anggi Nurma Yunita Sholikhah

Author

About Me

Prodi Tadris Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

Recent Posts

Our Videos